Konteks Transnasional
Sebuah perhelatan
dengan nama “Gerakan Sosial Baru” telah digelar Juli 2005 di Desa Lorejo. Pada
perhelatan tersebut datang beragam kelompok dengan tujuan masing – masing.
Mereka mengungkapkan keperihatinan dan menyatukan suara untuk menuntut
“kemungkinan sebuah Dunia yang lain”. Gerakan semacam ini mulai tumbuh subur
sejak jatuhnya rezim Soeharto. Ketika itu manusia Indonesia bagaikan burung
lepas dari sangkar, bebas mengungkapkan
keperihatinan dan menjalin kerja sama untuk memperjuangkan keperihatinan yang
sama.
Di
belahan Dunia yang lain, gerakan semacam ini sudah menjalani sejarah yang cukup
panjang, sebut saja misalnya “World Social Forum” di beberapa Negara. “World
Social Forum”, misalnya, berhasil mewadahi begitu banyak gerakan dari seluruh
dunia yang diwakili oleh organisasi non – pemerintah dan melontarkan tuntutan
yang keras, “Another World is Possible”.
Pada
zaman globalisasi seperti sekarang, ciri “baru” itu semakin ketara. Seperti di
deskripsikan oleh Melucci, orang – orang ini juga membangun sebuah jejaring
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi paling mutakhir. Hasil
yang paling menggemparkan adalah yang terjadi di kota Seattle pada November
1999, yang berhasil menggagalkan sebuah pertemuan World Trade Organization
(WTO). Oleh para “aktivis global” peristiwa ini memang disebut sebagai tanda
sebuah babak baru dalam munculnya Global Civil Society.
Sebuah
perang di Seattle ini muncul rentetan peristiwa lain serupa, biasanya pararel
dengan kegiatan oleh organisasi internasional yang dipandang sebagai biang kekacauan
dunia, seperti IMF dan World Bank. Pada perkembangannya, tahun 2001 mulai
muncul sebuah gerakan yang tidak kalah spektakuler, yaitu diselenggarakannya
“World Social Forum” di porto Allegre, Brazil. Jumlah orang yang ikut makin
lama makin banyak, hingga ratusan ribu. Media – media besar bisa tidak memberi
tempat di halaman depan.
Gerakan
sosial baru memang telah menggejala di seluruh dunia. Tidak mungkin lagi
membatasi gerakan sosial pada gerakan buruh. Ambilah gerakan petani di Chiapas,
Mexico. Siapa menyangka bahwa petani indian berhasil “menaklukan” Presiden
Mexico dan berubding dengan mereka?.
Dari Desa
Lorejo kita kembali akan menengok dinamika gerakan sosial yang dilakukan para
petani di Chiapas Mexico yang ditulis Manuel Castells. Selain gerakan petani
secara umum, kiranya penting juga untuk melihat dinamika dan peran gerakan
perempuan di Tanah Air. Di sini juga akan melihat apa saja tantangan, baik
gerakan yang lama maupun baru yang harus dihadapi oleh para perempuan dalam
memperjuangkan kehidupan yang baik.
Global
Civil
Salah
satu peristiwa yang paling mengejutkan di penghujunga abad 20 ini adalah The
Battle Of Seattle. Peristiwa ini terjadi pada November 1999. Pada saat itu
menjadi kenyataan bahwa gerakan protes masyarakat berhasil menggagalkan sebuah
pertemuan internasional yang diseponsori oleh para Negara Adidaya.
Di
tengah sorak – sorai para demonstran,
konfrensi WTO gagal mencapai kesimpulan. Polisi didatangkan untuk menertibkan
situasi. Upaya polisi tidak membawa hasil, malahan “pertempuran” antara polisi
dan para demonstrans membawa korban di kedua belah pihak dan ratusan ditangkap.
Peristiwa ini di sebuah paling cantik dan aman di Amerika Serikat, Seattle.
Bisa dikatakan Amerika Serikat mengalami gerakan sosial sebesar ini, bukan
hanya dalam skala jumlah demonstran tetapi juga tentang isi tuntutan. Gerakan
ini tidak menuntut diakhirinya Perang Vietnam atau tuntutan yang sejenisnya,
yang hanya terarah pada kepentingan domestik Amerika sendiri. Gerakan ini
mengecam WTO dan menuntut diperbaikinya sistem perdagangan dan investasi dunia.
Juga dalam hal peserta demonstrasinya pun, gerakan ini juga membingungkan.
Mestinya perjuangan untuk perdagangan internasional yang adil semacam itu
dilakukan oleh serikat buruh atau “kelas proletar.” Akan tetapi, dalam The
Battle of Seattle,
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSadistis!! rumputmenari.blogspot.com :D
BalasHapus