Konteks Transnasional
Sebuah perhelatan
dengan nama “Gerakan Sosial Baru” telah digelar Juli 2005 di Desa Lorejo. Pada
perhelatan tersebut datang beragam kelompok dengan tujuan masing – masing.
Mereka mengungkapkan keperihatinan dan menyatukan suara untuk menuntut
“kemungkinan sebuah Dunia yang lain”. Gerakan semacam ini mulai tumbuh subur
sejak jatuhnya rezim Soeharto. Ketika itu manusia Indonesia bagaikan burung
lepas dari sangkar, bebas mengungkapkan
keperihatinan dan menjalin kerja sama untuk memperjuangkan keperihatinan yang
sama.
Di
belahan Dunia yang lain, gerakan semacam ini sudah menjalani sejarah yang cukup
panjang, sebut saja misalnya “World Social Forum” di beberapa Negara. “World
Social Forum”, misalnya, berhasil mewadahi begitu banyak gerakan dari seluruh
dunia yang diwakili oleh organisasi non – pemerintah dan melontarkan tuntutan
yang keras, “Another World is Possible”.
Pada
zaman globalisasi seperti sekarang, ciri “baru” itu semakin ketara. Seperti di
deskripsikan oleh Melucci, orang – orang ini juga membangun sebuah jejaring
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi paling mutakhir. Hasil
yang paling menggemparkan adalah yang terjadi di kota Seattle pada November
1999, yang berhasil menggagalkan sebuah pertemuan World Trade Organization
(WTO). Oleh para “aktivis global” peristiwa ini memang disebut sebagai tanda
sebuah babak baru dalam munculnya Global Civil Society.